Jumat, 18 Desember 2009

sejarah radio

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
Asal mula adanya sebuah radio didasari oleh sebuah penemuan-penemuan di bidang fisika pada Abad XIX M. Ada sejumlah nama yang bisa dikatakan sebagai pelaku sejarah radio. Mereka yang secara langsung ataupun tidak langsung menjadi ”founding fathers” atau bapak-bapak pendiri/penemu radio ini antara lain Michael Faraday, James Clerk Maxwell, Heinrich Hertz, Gaglieso Marconi, Nikola Tesla, David Sarnoff, Lee De Forest, Frank Conrad, dan Edwin Howard Amstrong.
Michael Faraday, seorang ahli fisika Inggris, penemu induksi elektromagnet dan formulasi rumus-rumus fisika mengenai induksi listrik dan magnet.
James Clerk Maxwell, seorang ahli astronomi-fisika Skotlandia, penemu gelombang elektromagnetik (pengantar sinyal radio) yang merambat pada kecepatan cahaya.
Heinrich Hertz berjasa membuktikan teori elektromagnetik temuan Maxwell itu benar-benar ada. Ia membuat gelombang radio dan berhasil memancarkannya. Ia pencipta alat pemancar (transmitter), antena, dan penerima sinyal (reciever).
Gaglieso Marconi, ilmuwan Italia, diakui sebagai “penemu pesawat radio”. Awal tahun 1890-an mempelajari ilmu- ilmu dasar temuan para ilmuwan tersebut di atas dan berusaha mengembangkan dan menerapkannya. Ia menemukan metode transmisi suara tanpa bantuan kabel. Dengan menciptakan inovasi-inovasi atas dasar peralatan yang diciptakan oleh Hertz, Marconi telah berhasil meningkatkan jarak pancaran gelombang elektromagnet dan mengisinya dengan informasi. Hasilnya, peralatan transmitter dan receiver ciptaan Marconi tersebut mampu mentransfer informasi dari satu tempat ke tempat lain tanpa kawat. Itulah awal komunikasi radio. Marconi, peneliti tanpa gelar kesarjanaan, pun diakui dunia sebagai penemu pesawat radio komunikasi dan amatir radio.
Nikola Tesla megembangkan temuan Marconi. Ia bereksperimen tentang berbagai susunan transmisi tanpa kabel.
David Sarnoff menjadi kandidat terkuat untuk menyandang gelar “Bapak Radio Siaran”. Pasalnya, pria berjuluk “si pengkhayal sejati” ini dianggap sebagai penyusun cara penggunaan utama dari alat-alat yang diciptakan pendahulunya, Marconi, dengan memonya yang sangat terkenal, “Radio Music Box”. Itulah mengapa kini “radio identik dengan musik dan gudang lagu”. Dalam memonya, Sarnoff mengusulkan agar pesawat penerima radio diproduksi massal untuk dikonsumsi publik. Tahun 1919, impian Sarnoff tewujud: pesawat radio diciptakan dan dapat dibeli umum. Kita pun bisa menikmatinya saat ini.
Lee De Forest adalah ilmuwan penemu tabung hampa udara, pelopor pendirian radio siaran (broadcasting) tahun 1916, sekaligus orang yang pertama kali menyiarkan berita melalui radio.
Frank Conrad, bekerja di perusahaan radio siaran pertama Westinghouse Company di Pittsburgh, AS, tercatat sebagai orang yang pertama kali menyiarkan musik melalui radio (1919).
Edwin Howard Amstrong mengembangkan tabung udara ciptaan De Forest untuk memperkuat sinyal radio hingga puluhan kilometer. Atas upayanya itu, Amstrong dikenal sebagai “penemu Radio FM” dan memperoleh Medali Franklin, sebuah penghargaan bagi para ilmuwan

Senin, 14 Desember 2009

teknologi komunikasi

1. TUJUAN

  • Memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan(kompetensi), serta sikap profesionalisme di bidang ICT (Teknologi Komunikasi dan Informasi) kepada santri dan asatidzah.
  • Terciptanya suatu sistem jaringan informasi dan jaringan aplikasi ICT berbasis web.

2. STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN

  • Identifikasi kebutuhan data dan informasi yang akan diaplikasikan ke dalam jaringan ICT.
  • Pelatihan aplikasi ICT kepada tenaga teknis pengelola mengenai kesiapan dalam menerapkan aplikasi ICT berbasis web, khususnya dari aspek kesiapan SDM, prosedur aliran data, menejemen informasi, dan pengembangan sistem informasi.
  • Rancang bangun sistem aplikasi ICT serta keterkaitannya secara terintegrasi.
  • Melakukan penyempurnaan sistem.
  • Melakukan uji coba sistem aplikasi.
  • Evaluasi dan perbaikan sistem.

3. PENERAPAN PROGRAM KEGIATAN

  • Pengenalan internet.
  • Pengenalan E-mail.
  • Rancang bangun website.
  • Uploading dan Downloading.
  • Maintenance website.

4. ARAH PENGEMBANGAN

  • Penggunaan program aplikasi.
  • Sistem database untuk jaringan ICT.
  • Pembangunan jaringan ICT berbasis web.

5. PEMBIAYAAN

Sumber dana diperoleh dari:

  • Direktorat Pendidikan kesetaraan Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional.
  • Sumber pembiayaan lain.

Sabtu, 12 Desember 2009

Penyiaran Radio

Penyiaran Radio

Penyiaran radio di Indonesia sejak cukup lama diselenggarakan baik melalui Lembaga Penyiaran Publik – RRI, maupun oleh Lembaga Penyiaran Swasta. Pola yang diikuti dalam penyiaran radio swasta lebih mengikuti pendekatan stasion lokal. Penataan frekuensi telah menjadi lebih baik sejak tahun 2004/2005, berkat kerja sama yang baik antara para penyelenggara melalui asosiasinya dengan pemerintah yang menghasilkan pencegahan saling berinterferensi.

Dengan perangkat penerima radio gelombang AM dan FM yang tersedia di pasar dengan harga cukup murah, cakupan masyarakat menjadi sangat merata. Hal ini dimanfaatkan oleh penyelenggara penyiaran radio untuk menyampaikan aneka ragam acara dan informasi kepada khalayak. Dengan pilihan yang demikian luas, selera dari berbagai lapisan dan kelompok dalam masyarakat dewasa ini terlayani dengan relatif baik.

Di bidang penyiaran radio juga tampak bahwa agenda dari negara-negara maju tersebut sesungguhnya terkait dengan kepentingan ekonomi dan politik, sehingga diperkirakan akan ada 4 sistem Radio digital (DAB/EUREKA 147, IBOC, ISDB-Tn, DRM) yang akan digunakan diseluruh dunia.

RRI sebagai wahana penyiaran publik, walaupun dalam jangkauan penduduk di Indonesia masih yang terbesar dibanding dengan lembaga-lembaga penyiaran swasta, namun mutu isi siaran cenderung kurang menarik dan aktualitas beritanya kurang memadai.

Disamping itu, ternyata masih cukup besar lokasi-lokasi di Indonesia yang Belum terjangkau siaran radio dengan sistem FM.

Migrasi ke sistem digital mau tidak mau juga menjadi perhatian industri penyiaran radio di Indonesia. Namun nampaknya migrasi tersebut tidak menimbulkan kontroversi sebagaimana mungkin akan dialami dalam migrasi penyiaran televisi. Tentunya tetap harus diidentifikasikan masalah yang dapat ditimbulkan bila migrasi yang dimaksud dilakukan tanpa rencana yang baik, rencana yang dibahas dan disosialisasikan dengan para “stakeholder”, termasuk sudah barang tentu masyarakat pendengar itu sendiri.